"Teh, ini artinyya apa?" Tanya Vira, anak murid di kelas 8.2 yang paling menarik perhatianku. Pasalnya kepolosan anak ini yang paling mendominasi diantara yang lain. Bukan karna ia terlalu baik, bukan pula karna ia terlalu nakal. Karna ulahnya, satu kelas jadi memanggilku teteh. Padahal darahku Jawa Tengah asli. Bukan pula memanggilku Ustadzah seperti panggilan yang guru-guru lain terima.
"Yasta'iiru, artinya dia (lk²) meminjam." Ya.. aku mengajar pelajaran bahasa arab di tempat ku mengajar. Bukan karna aku pintar berbahasa arab. Bukan juga karna aku kuliah di jurusan bahasa arab. Semua terjadi secara kebetulan. Kebetulan yang membuatku 6 tahun lebih tinggal di lingkungan pesantren. Yang pada akhirnya 'memaksa' ku agar bisa bahasa Al-qur'an ini.
"Akhir pelajaran hari ini telah usai, semoga besok kita bisa kembali ke sekolah dengan semangat."
Bunyi suara bel pertanda akhir pelajaran telah tiba, aku melihat anak-anak begitu semangat jika sudah waktunya pulang. Sebagian dari mereka berjalan ke arah berlawanan untuk mengembalikan buku absen dan beberapa peralatan ATK ke kantor. Tidak sedikit, mereka memilih mampir ke beberapa gerobak siomay dan cilok isi di depan gerbang sekolah.
Aku berjalan sambil merapikan kerudungku yang tertiup angin. Mataku tertuju ke atas melihat awan biru yang tergradasi oleh keabu-abuan. Ku genggam lembaran essay anak-anak yang akan ku periksa di rumah. Segera aku bergegas pulang agar aku lebih dulu menang di banding rintikan hujan. Hujan selalu indah untuk di nikmati, tapi tidak untuk saat ini.
**
Sambil ku koyakan handuk di rambutku, aku melihat layar handphoneku menyala. Aku sudah tau bahwa itu pesan masuk dari Sarah. Sore ini dia mau mengajaku mencicipi kuliner yang ada di salah satu ruko centra bisnis Perumahan Kota Wisata. Seperti biasa, ada soft opening usaha kuliner dari salah satu selebgram favoritenya. Kadang aku berfikir.. haruskah sebegitunya?
"Teh.. jam 5 aku kerumah ya?"
"Iya rah.. Jangan lupa baw..."
Penggalan nada dari Maroon 5 yang berjudul Memories tiba-tiba saja berbunyi. Sebuah panggilan telfon yang bertuliskan "My Mommy ❤". Sudah bisa di pastikan ia adalah Ibuku.
"Mbak Salwa, mamah pingin sekali adek bontotmu ini bisa kuliah. Dia lagi pingin banget lanjut ke perguruan tinggi. Mamah tau biayanya mahal jurusan perawat itu. Tapi mamah percaya, Allah itu maha kaya"
"Iya mah mbak usahakan.."
Menjadi anak pertama bukanlah sesuatu yang mudah, aku selalu berusaha memenuhi satu persatu kebutuhan dari keluarga semampuku. Aku sudah berkali-kali mencoba untuk pura-pura tidak peka jika adik-adikku meminta sesuatu hal. Tapi tetap tidak bisa. Selalu, aku diam-diam berusaha mewujudkannya. Setelah aku banyak mempelajari tentang kepribadian dan mesin kecerdasan. Ternyata memang ini adalah salah satu sifat alamiah yang Allah berikan padaku.
Din.. din.. diinnn...
Lamunanku terpecah, oleh suara klakson motor sarah yang mirip mobil. Entah aku tak habis pikir, dari mana dia punya ide untuk menggantinya ?
**
"Jadi mau pinjam berapa ustadzah dana usahanya?" Tanya Ustadz bagian penanggung jawab Koprasi Pesantrenku.
"15 juta ustadz, saya mau usaha toko herbal dan bekam."
Aku memutuskan untuk berniaga, karna berdagang adalah ikhtiar yang di janjikan oleh Rasulullah sebagai salah satu pembuka pintu rezeki. Aku hanya berharap, semua ini akan berjalan dengan baik. Dan semua laba dari hasil perniagaan ini bisa aku tabung selama 3 tahun mendatang untuk kuliah adikku. Setidaknya, untuk uang masuk dan semester satu.
“Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan.“
Setelah aku menyelesaikan semua rangkaian administrasi itu, aku kembali memasuki kelas untuk mengajar. Aku berjalan selangkah demi selangkah melewati lapangan basket yang semakin memantulkan hawa panas dari atas. Matahari semakin mendekati pukul 12 siang. Ku perhatikan warna cat lapangan basket yang semakin memudar karna tergores setiap hari oleh sepatu puluhan anak-anak. Batinku sambil sedikit berbisik, mampukah aku jadi pengusaha ?
"Awas hati-hati nabrak ustadzah.."
Tiba-tiba lamunanku terpecah karna suara seorang laki-laki, yang aku tau suara itu milik siapa. Langkahku terhenti dan mulai perlahan ku angkat kepalaku. Retina mataku melihat raganya kembali. Setelah 3 hari ia absen karna dinas keluar kota. Tidak ada yang berubah.. hanya kumis yang lupa ia cukur. Tapi matanya.. masih sehangat biasanya. Tanpa sadar suasana berubah menjadi tenang dan nyaman. Beberapa belai angin menyapa melewati sela-sela di antara kami berdiri. Aku mampu berdiri lebih lama lagi.
**
Akhir pekan selalu menjadi hari terbaik bagi murid sekolah dan gurunya. Bahkan untuk sekedar mengurus pakaian dan rebahan saja itu sudah sangat bahagia. Apalagi untuk sekolah yang berbasis full day school, menjelang pukul 17.00 sore baru sampai di rumah. Tentu itu melelahln setiap harinya..
Ku sentuh logo pesan berwarna hijau yang kabarnya sudah menjadi satu lisensi dengan facebook. Aku mengecek grup sekolah dan beberapa pesan yang harus ku balas. Aku berpindah pada kolom Status yang memuat kabar harian teman-teman whatsappku. Dan ku baca satu persatu..
UPKK Bu Icha "Jual Hand Sanitizer berbagai ukuran, mulai dari 25k - 165k. Yang minat japri ya.. #stayhealthy"
Ad-dakwah Andini *Video tik-tok goyang ubur-ubur bareng dua keponaknnya*
Ad-dakwah Jannah "Pusing ari dede dawud sakit teh rewel, di bekam teriak-teriak berisik. Udah kitu kabur dari imah punggungnya bulet-bulet. Pang di kira tetangga urang KDRT jeung budak. 😪😅"
Sekolah Bu Zakiyah "Duh.. alhamdulillah saya mah bukan orang yang suka utang. 😂"
Sekolah Pak Karim "Kita mah berani minjem cuma sejuta paling besar, ini mah 15 juta. Buat apaan? wkwk"
Sekolah Bu Sholihah "Paling enak itu bersyukur. Jangan ngoyo sama dunia. Bahkan saya pernah nggak ada ongkos buat berangkat kuliah akhirnya saya cari uang-uang recehan di samping kulkas. #bersyukur #noutang2"
Siti MTs "Dede zafran sholih.. sudah bisa makan sendiri Alhamdulillaah.😙"
Sekolah Bu Mutia "Husnudzon aja, siapa tau lagi butuh duit. 😂"
Sekolah Pak Zainudin "Sesungguhnya seseorang yang (biasa) berhutang, jika dia berbicara maka dia berdusta, jika dia berjanji maka dia mengingkarinya” (HR Al-Bukhaari dan Muslim)
Alhamdulillah, Istriku bukan orang yang doyan berhutang. 😍"
Aku hanya terdiam sambil memahami ada apa di dalam hatiku. Perasaan yang aku sudah tau apa itu, perih dan sedih. Mataku kembali berkaca-kaca tapi berusaha ku tahan. Karna akal sehatku bermain bahwa ini sepele. Lalu dimana salahku jika itu sepele sehingga respon mereka begini? Salahkah aku yang ingin berjuang untuk keluargaku?
"Teh.. yang sabar ya." Pesan singkat dari sarah yang aku sudah tau apa maksudnya.
Dunia seakan berhenti, janji keamanan nama bagi peminjam hutang sudah di ingkari. Bahkan belum ada satu minggu info itu sudah menyebar ke satu sekolah. Dan menjadi perbincangan hangat di beberapa "halaqoh" ghibah. Apa aku malu? Tidak.. aku hanya menyayangkan dengan bagaimana mereka bersikap. Aku memilih untuk tidak menanggapi dan membersihkan namaku. Aku pun tidak memilih untuk menceritakan alasan apa aku memilih berniaga. Biarkan aku berada di atmosfer ini. Aku hanya meyakini bahwa jatuhnya aku di tengah-tengah "pengkhianatan" ini adalah vitamin bagi jiwaku.
Atau hanya akukah yang tulus membantu orang lain?
• Part selanjutnya akan upload jika banyak yang suka dan penasaran cerita selanjutnya seperti apa?
Jangan lupa bantu share ke sahabat-sahabat kalian, agar kita sama-sama positif. 😙😍
Tidak ada komentar:
Posting Komentar