Sabtu, 18 April 2020

Novel : RAHASIA #2 (Pengalaman Baru)


SMK N 5 Balikpapan, sekolah yang akan menjadi bahan penelitian dari skripsi Cahya di kampus. Ia mendengar bahwa jurusan tata boganya, memilik banyak usana kuliner yang lumayan hits di Kota Balikpapan. Banyak kawula muda di kota ini yang suka sekali kongkow di De'Allium Cafe. Konon, cafe ini di buka oleh sekolahnya, dengan memberikan desain, menu dan managemen bisnisnya full 90% kepada para siswanya. Ini yang membuat Cahya yakin menjadikan SMKN 5 Balikpapan sebagai subjek penelitian skripsinya. Untuk menunjang salah satu mimpinya membuka toko kue, Cahya sambil menyelam minum air dalam mempelajarinya. Itu mengharuskan Cahya seminggu tiga kali mengunjungi 3 tempat untuk penelitiannya. SMK N 5 Balikpapan, De'Allium Cafe, Perpustakaan Kampus.

"Kamu boleh minta anter jemput ke aku Cahya.. Aku siap bantu proses penelitian kamu, dari pada naik angkot."

"Ngerepotin kamu banget Hakim, kamu juga lagi nyusun skripsi kan?"

"Aku pakai mobil deh biar kamu nggak risih boncengan sama aku, tapi kalau kamu keberatan aku nggak mampu untuk maksa kamu."

Cahya bingung untuk menolaknya lagi, disatu sisi dia tidak mau Hakim banyak berharap kepadanya. Tapi Cahya berfikir bahwa kami hanya berteman saja. Seharusnya tidak apa-apa Hakim memberi tumpangan selama penelitian, toh ada Siska dan Ulfa sepupu Hakim yang tidak mau jauh-jauh dari Cahya. Mereka anak-anak yang dipaksa kuliah jurusan tataboga, hasil ambisi orang tuanya agar bisa membuka usaha rumah makan. Alhasil mereka harus tertatih untuk lulus. Cahya pun kali ini memiliki kemampuan untuk mengiyakan tawaran Hakim.

"Ya udah boleh, tapi kamu janji fokus ke skripsi kamu juga ya kim. Kalau nggak beres, aku juga pang yang disalahin sama mamakmu." Ujar Cahya.

"Alhamdulillah ya Allah.. akhirnya ada jalan yang terbuka. hehe."

"Ya udah yok ke Cafe, aku ada janji ketemu sama anak-anak."

"Sekuy..." Balas Hakim sambil tersenyum menatap Cahya.

Merekapun berangkat dengan mobil pribadi Hakim, tidak lupa membersamai meraka Siska dan Ulfa. Sesampainya di Cafe, Cahya dan teman-temannya di sambut oleh beberapa anak-anak yang saat ini sedang bertugas. Merekapun mulai membuka pintu cafe, dengan bersamaan mereka mendengar ada bunyi lonceng yang menandakan ada pelanggan datang. Mereka duduk di dekat lemari kayu yang berisikan beberapa koleksi komik, buku bacaan dan beberapa mainan. Ini salah satu teknik marketing yang di pakai untuk menarik pelanggan. Adanya fasilitas berbagai buku, majalah, komik dan mainan tradisional seperti congklak sampai Uno Block yang kekinian.

Ulfapun memilih beberapa mainan yang sekiranya bisa di mainkan di atas meja mereka sambil menunggu pesanan mereka dihidangkan. Cahyapun mengambil menu di kasir dan mencontreng beberapa makanan kecil dan minuman untuk ketiga temannya. Seketika matanya melihat papan kayu bermotif papan catur, dengan ornamen cipratan cat di bingkainya. Dengan bertuliskan "Up to Date" Cahya sudah bisa menebak bahwa ini adalah papan informasi. Cahya pun mulai mendekati papan itu untuk sekilas membacanya. Namun matanya mulai tertarik dengan informasi tentang perekrutan aktifis kampus dalam program Latihan Dasar 1. Yang di gagas oleh Organisasi KAMMI yang bergerak dalam bidang dakwah kampus. Cahyapun segera menarik Hp dari kantong gamisnya dan mencatat contac personnya. Done! Dirinya siap mendaftar.

**
Cahya membereskan Qur'an, ATK, baju, peralatan mandi dan handuk ke dalam tasnya. Dia wajib mengikuti pelatihan aktifis dakwah itu selama dua hari satu malam. Ia bersyukur bahwa ada waktu kosong di sela-sela masa penelitiannya. Hakim juga ingin ikut, tapi waktunya tidak pas. Dia harus mengikuti seminar bisnis Kang Dewa Eka Prayoga yang sudah ia daftarkan semenjak 1 bulan lalu. Dengan harga yang lumayan merogoh kantong mahasiswa. Ulfa dan Siska apalagi..

"Rohis kampus terlalu halal untuk gw yang masih haram ini wkwk."

Begitu ujarnya, Cahya bukan orang yang terlalu mempermasalahkan pendapat orang lain. Dia selalu punya keyakinan bahwa suatu saat mereka akan butuh mengaji. Pasti.. dan ketika waktu itu tiba, Cahya siap untuk mengarahkannnya. Karna ia percaya, bahwa hidayah Allah yang memberi dan usaha manusia untuk mencarinya.

Cahyapun segera membawa tasnya dan bergegas keluar kamar, langkahnya berjalan menuju dapur. Karna ada Ibu yang harus ia pamiti. Tapi langkahnya terhenti ketika ia dapati dapur kosong tidak ada orang. Hanya tercium bau opor ayam yang baru saja matang sepertinya. Cahyapun mengelilingi rumah sambil bersuara..

"Ibu.. bu.. Cahya mau pamit dulu."

Tapi lagi-lagi langkahnya terhenti ketika ia hendak mendorong pintu kamar ibunya yang terbuka sedikit. Dia mendengar percakapan ibu dan ayahnya melalui telfon. Seketika pendengaran Cahya terfokus pada pembicaraan Ayah dan Ibunya. Menunda hasrat ingin pamitannya.

"Aku sudah ingin cucu dari yaya ba.. Kita sudah semakin tua, Aba pun pasti berfikir sama sepertiku. Tidak perlu kaya, yang penting laki-laki itu baik dan sholeh."

Ibu seperti mendengarkan Ayah menanggapi kalimat Ibu. Tak lama Ibu kembali berbicara..

"Iya.. nanti kalau yaya sudah pulang kita bicarakan. Semoga dia tidak keberatan."

Yaya adalah panggilan kecilnya yang masih dipakai sampai sekarang. Cahya pun memilih menunda pamitannya pada ibu. Dia berjalan menuju ruang tamu dan meletakan tas bawaanku disana. Lalu ia berpindah ke dapur, menuang satu gelas air dingin dari kulkas. Dan mengambil Chicatos dari lemari makanan ringan dan duduk di meja makan sambil menunggi ibunya keluar kamar.

"Jam berapa berangkat anak ibu?" Tanya ibu memecah lamunanku.

"eh iya bu, ini bentar lagi yaya berangkat. Ini yaya sekalian mau pamit dulu sama ibu." Ujar Cahya sambil mencium tangan ibunya.

Ibunya pun meletakan kedua tangannya di pipi Cahya. Sembari berkata...

"Hati-hati ya.. Semoga ketemu pria sholeh disana. hehe.." Ledek Ibunya.

Sambil berjalan meninggalkan ibunya ke ruang tamu, Cahya menggerutu manja..

"Ah ibu,, Yaya masih kecil. Belum kepikiran begitu-begituan nah bu. Nanti aja kalau yaya udah bisa bahagiain ibu sama ayah baru yaya cari pacar bu." Timpal Cahya sambil tersenyum lembut dengan sedikit malu. Karna pura-pura tidak mendengar apapun tadi.

Ibunyapun hanya membalas tersenyum kembali. Cahyapun berpamitan dan bergegas keluar dan pergi. Diapun memesan Go-Car dari aplikasi di Hpnya, tak lama 5 menit kemudian mobil avanza berwarna putih sudah menjemputnya.

"Pak, sesuai pin ya.. Aula Dinas Perhubungan Balikpapan."

**
Cahya berjalan memasuki gerbang Dinas Perhubungan. Pertama kalinya Cahya ke tempat ini, tapi cahya sudah melihat bendera putih dengan logo KAMMI berkibar di sepanjang pagar. Cahya pun melihat banyaknya laki-laki perempuan yang mengantri di teras untuk masuk. Dan sudah bisa di pastikan itu adalah aula, karna tepat di atasnya tertulis kalimat, "Selamat Datang Calon Penerus Peradaban". Tiba-tiba jiwanya jadi bersemangat, dan diapun mulai berjalan mendekat seakan enggan tertinggal.

"Afwan, hey anti.. tolong.."

Tiba-tiba Cahya mendengar ada suara laki-laki entah memanggil siapa. Tapi rasa-rasanya seperti memanggil dirinya.

"Anti yang pakai jilbab ungu !"

Mata cahya langsung menunduk melihat kerudungnya. Yang ia kenakan hari ini adalah warna ungu. Sontak Cahya segera menengokan kepala ke kanan dan ke kiri, ia tak menemukan siapa-siapa. Lalu ia melihat ke belakang. Pandangannya melihat seorang laki-laki yang berjalan mendekat ke arahnya.

Seorang laki-laki berisi, berambut ikal. Dengan mata berwarna coklat dan alis yang hitam pekat. Ia mengenakan baju koko lengan panjang coklat dengan garis-garis pantulan emas. Juga bordiran memanjang menutupi kancing dari kerah hingga bawah. Celana gunung coklat susu dengan kantong timbul di sisi kanan dan kirinya. Dan ia seperti malu-malu menatap Cahya. Inikah yang di namakan ghudul bashor, gumam Cahya. Ia menyodorkan map berwarna biru dengan tangan kanannya.

"Anti kader baru kan? Afwan, tolong berikan ini ke penerima tamu. Jazakillah khair ya."

Cahya hanya memandangnya saja, sambil meraih map yang ia sodorkan. Cahya hanya diam tanpa berkata-kata. Bibirnya tidak dapat membalas ucapannya, hingga laki-laki itu berlalu pergi.

**
"Thoyyib teman-teman semua, sambutan selanjutnya adalah dari Ketua Umum KAMMI se-Kalimantan Timur. Yakni Akhi Sulthan Taqy Ramdhan. Falyatafadhol Masykuron."

Begitu MC mempersilahkannya, dan laki-laki yang meminta Cahya mengantarkan map biru tadi bernama Taqy, Sulthan Taqy Ramdhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar